Jumat, 25 Januari 2013

Industri Kertas



INDUSTRI KERTAS

A. Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku bererat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
  1. Proses kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang dikelantang digunakan pada produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna. Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti dengan ekstraksi alkali untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentangan produk kertas yang lengkap.
  2. Proses pulp larut adalah produksi pulp putih dan sangat murni dengan menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk pembuatan rayon dan produk lain yang mensyaratkan hampir tidak mengandung lignin.
  3. Proses grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan serat) dengan menggunakan gerenda atau penghalus (refiners) dari batu. CMP (proses pembuatan pulp kimia mekanis) menggunakan cairan pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan serat secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-mekanis) merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis.
  4. Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan dalam karton gelombang berwarna coklat.
  5. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis.
  6. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang melalui proses penghilangan tinta dengan kondisi alkali dan kadang-kadang dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, seringkali berkaitan dengan proses konvensional.
B. Kertas
  1. Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas cetak dan kertas tulis.
  2. Kertas kasar berarti produksi kertas kasar berwarna coklat, seperti linerboard kertas karton berwarna coklat atau karton.
  3. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang tercantum dalam golongan halus, seperti kertas karton.

Cara penangan yang sudah ada :
  1. Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik   (good house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan pabrik, pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi kertas yang diinginkan dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut mengurangi limbah dari sumbernya.
  2. Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya.
  3. Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dari pembuangan produk tersebut.

Pengaruh limbah padat pabrik kertas terhadap hasil tanaman bawang merah

Peranan limbah Padat pabrik kertas sebagai Sumber bahan Organik :

Limbah padat pabrik kertas mengandung unsur kalium (K). peranan unsur ini untuk memperlancar fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada titik awal, memperkuat batang dan menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit serta kekeringan (Suriatna, 1994).
Limbah padat pabrik kertas juga mengandung unsur-unsur antara lain : kalsium, magnesium, besi, dan sulfida yang juga berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Limbah padat pabrik kertas terdiri dari :
a. Sludge
Sludge adalah suatu bahan yang terdiri atas padatan 90% dan air 10%. Sludge didapat dari proses pengendapan pada efflument treatment plant, mengandung bahan organik yang berasal dari bahan baku pulb.
b. Biosludge
Biosludge adalah hasil samping dari efflument treatment yakni dari proses biological aeration, tersusun dari bahan baku pulb, selain mengandung mikroorganisme sebagai efek dari biological aeration.
c. Pith
Pith adalah bahan dari proses depething plant yaitu proses pemisahan secara mekanik bahan baku pulb yaitu antar bahan serat dan bahan bukan serat (Hammer, 1977).

Pelaksanaan Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan 3 ulangan. Faktor-faktornya :
I. Macam limbah organik, terdiri 3 taraf, yaitu :
L1 = limbah padat Sludge
L2 = limbah padat Biosludge
L3 = limbah padat Pith
II. Dosis Limbah organik, terdiri 4 taraf, yaitu :
D0 = Kontrol
D1 = Dosis 10 ton per hektar
D2 = Dosis 20 ton per hektar
D3 = Dosis 30 ton per hektar

Keterangan :
NS = Tidak berbeda nyata
* = Berbeda nyata
** = Berbeda sangat nyata
L = Macam Limbah Organik
D = dosis Limbah Organik
L X D = Interaksi L dengan D





Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh Macam, Dosis Limbah Padat Pabrik Kertas dan Interaksi Kedua Perlakuan Terhadap Komponen Hasil

Keterangan : Angka-angka dalam satu kotak pada kolom yang sama dan diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Kesimpulan

1. Perlakuan macam limbah padat pabrik kertas berpengaruh nyata terhadap semua komponen hasil : jumlah umbi, berat segar umbi dan berat kering umbi.
2. Perlakuan dosis limbah padat pabrik kertas berpengaruh nyata terhadap semua komponen hasil tanaman bawang merah.
3. Ada interaksi dari kedua perlakuan pada semua parameter hasil tanaman bawang merah.
4. Berat umbi kering konsumsi tertinggi dicapai pada interaksi antara limbah sludge dengan dosis 20 ton/ha sebesar 26,67 gram dan terendah limbah pith dengan dosis 10 ton/ha sebesar 6,67 gram.
Gambaran dasar yang dipikirkan :
Perbandingan laju penanaman pohon dan konsumsinya yang tidak sebanding di Indonesia, semakin memperkuat akan pentingnya daur ulang limbah kertas. Idealnya, laju pertumbuhan hutan harus lebih besar dari laju konsumsinya. Berbeda dengan di Indonesia, di Amerika Serikat 55% dari jumlah konsumsi kertas secara nasional dapat di daur ulang dan digunakan kembali sebagai bahan baku kertas. Bahkan di sana, setiap 3 pohon yang dikonsumsi, 5 pohon baru tumbuh sebagai penggantinya. Maka, tidaklah mengherankan jika selama kurun waktu 50 tahun terakhir, populasi hutan di Amerika Serikat meningkat sampai 40%. (ref : paperrecycles.org)
Fakta - fakta jumlah konsumsi kertas di Indonesia :
  1. Dengan mengambil nilai minimal rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi yakni 5% per tahun (sedangkan menurut World Resource Institute untuk Negara berkembang rata-rata sekitar 7% per tahun), maka diperoleh jumlah konsumsi kertas Indonesia di tahun 2006 adalah 5,96 juta ton.
  2. Dalam sebuah program Cleaning Day yang diadakan oleh sebuah perusahaan sumber energi di daerah bisnis Kuningan, Jakarta, terkumpul sampah kertas tak terpakai sebanyak 2 ton kertas, selama kurun waktu lima tahun menghuni gedung tersebut. Jumlah sampah yang dihasilkan 30-40% merupakan sampah kertas.
  3. Konsumsi kertas di Indonesia terus meningkat satu kilogram (kg) per kapita tahun atau sekitar 220 ribu ton (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), 2003). Dengan itu, maka Indonesia membutuhkan pembangunan satu pabrik kertas baru setiap tahunnya menyusul lahapnya konsumsi kertas dalam negeri (Kapanlagi.com, 2008).
  4. Kapasitas produksi kertas lainnya adalah kertas koran 750 ribu ton, kertas sackracft 0,4 juta ton, kertas bungkus 92 ribu ton, kertas sigaret 64 ribu ton, kertas tisu 312 ribu ton, dan kertas berharga 13,5 ribu ton.
  5. Data Rainforest Information Center menyebutkan sebanyak 10-17 pohon harus ditebang untuk menghasilkan satu ton kertas ukuran koran (atau 8 lembar ukuran kertas A4). Satu ton tersebut cukup untuk mencetak sekira 7.000 eksemplar koran.
  6. Masih menurut Indonesian Pulp and Paper Association, 90% konsumsi kertas (tulis dan cetak) di Indonesia disuplai secara domestik dan dalam kurun waktu lima tahun (2000-2004).
  7. Laju deforestasi hutan Indonesia pada periode tahun 1985-1998 tidak kurang dari 1,6 juta hektar per tahun (Dephutbun, 2000).

Salah satu cara atau penanganan dalam mengurangi limbah produksi kertas maupun limbah-limbah kertas dari lingkungan masyarakat yaitu dengan cara mendaur ulang kertas tersebut menjadi bahan yang lebih bermanfat (kreatif dan inovatif) atau bisa juga dijadikan sebagai penambah penghasilan ekonomi. Khususnya limbah dari lingkungan masyarakat, bukan hal yang biasa jika melihat sampah-sampah kertas yang sudah tak terpakai menumpuk didalam rumah maupun diluar lingkungan rumah. Yaitu sebagai contoh pemanfaatan limbah kertas yang bertujuan untuk menambah nilai ekonomi, kertas daur ulang (recycle) saat ini bukan menjadi produk yang asing lagi. Beragam produk kerajinan dan souvenir yang menggunakan kertas daur ulang sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di berbagai tempat. Selain bertujuan sebagai penambah nilai ekonomi yaitu nilai positifnya adalah terciptanya lapangan pekerjaan dengan produksi kelas kecil maupun kelas menengah. Proses pembuatan kertas daur ulang tidaklah sulit, hanya diperlukan alat seperti blender, screen berkasa dan tanpa kasa, ember, alat penyaring, busa, dan kain bekas. Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain kertas atau koran bekas, pewarna, serat alam   (eceng gondok, pandan, pelepah pisang), dan pengharum. Untuk proses pembuatannya sebagai berikut :
1.      Kertas bekas disobek atau dipotong-potong kecil
2.      Kemudian direndam dalam air beberapa saat lalu diremas-remas sampai setengah hancur
3.      Kemudian kertas tersebut dihancurkan kembali dengan penambahan air menggunakan blender . perbandingan antara kertas dan air 1:1
4.      Masukkan bubur kertas ke dalam ember yang telah diisi air bersih (tiap 250 gr bubur kertas membutuhkan 5 liter air bersih). Kebutuhan air bisa disesuaikan, tergantung dari ketebalan kertas yang diinginkan.
5.      Campuran bubur tersebut dicampur menggunakan lem kanji untuk menghasilkan kertas yang tidak mudah sobek (setiap 250 gr bubur kertas dicampur 10-15 gr lem kanji).
6.      Penambahan warna dapat dilakukan untuk menghasilkan kertas berwarna. Untuk kertas daur ulang yang bermotif bisa dilakukan dengan menambahkan serat alami. Untuk menambah keharuman kertas, maka dapat ditambahkan pengharum.
7.      Setelah adonan selesai disiapkan, masukkan semua screen ke dalam adonan. Angkat screen dan biarkan air menetes. Setelah air menetes beberapa waktu, lepaslah screen tanpa kasa dan letakkan diatas papan/meja. Hilangkan air pada kasa dengan busa.
8.      Setelah screen tidak lagi mengandung air, screen kemudian diangkat. Sediakan alas kain untuk meletakkan adonan kertas yang telah pipih.
9.      Jemur kertas dibawah sinar matahari kemudian segera disetrika hingga kering dan permukaannya halus.

Industri Kertas RI Ditakuti Perusahaan Dunia
Saat ini, pengusaha pasar kertas dunia ditempati Kanada, Brazil, dan AS.
VIVAnews - Sebagai produsen produk bubur kertas (pulp) dan kertas yang makin diperhitungkan di dunia, kalangan pelaku usaha di tanah air mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan sertifikasi kayu hutan yang diakui secara internasional.
Presiden Komisaris PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas dalam acara 'Workshop Social Media in Asia' di Singapura mengungkapkan, kebutuhan sertifikasi itu dianggap mendesak mengingat kampanye seputar produk hutan asal Indonesia di pasar internasional semakin marak.
Wenas menjelaskan, produk pulp dan kertas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi ancaman bagi negara pesaingnya di Eropa dan Amerika Selatan. Hal itu tak terlepas dari keunggulan produk hutan Indonesia yang dapat dipanen lebih cepat dibandingkan negara pesaing.
Untuk diketahui, tanaman akasia yang menjadi bahan baku pembuatan kertas bisa dipanen di Indonesia hanya dalam tujuh tahun. Sedangkan di Eropa atau Amerika Selatan, dibutuhkan waktu lebih dari 20 tahun.
Keunggulan lain adalah jarak Indonesia dan China sebagai pasar utama kertas dunia relatif lebih dekat dibandingkan Brazil dan Eropa. "Industrialisasi di China dan dunia bakal tumbuh pesat. Jadi, kebutuhan kertas akan naik signifikan," ungkapnya.
Untuk mengekspor produk pulp maupun kertas ke China, produsen kertas Indonesia hanya butuh waktu tujuh hari, sedangkan perusahaan dari Eropa dan Brazil membutuhkan waktu lebih dari 30 hari.
Dalam perhitungan RAPP, produksi kertas Indonesia saat ini mencapai 12 juta ton per tahun atau 2,2 persen pangsa pasar dunia yang mencapai 350 juta ton. Saat ini, produksi kertas Indonesia merupakan yang terbesar ke-12 dunia.
Sementara itu, produk pulp nasional saat ini ditaksir sebesar 7 juta ton per tahun dan mengisi 2,5 persen pangsa pasar dunia sebanyak 200 juta ton. Produksi pulp Indonesia merupakan terbesar ke-9 dunia.
Dengan tingkat daya saing yang tinggi, Wenas menilai, para pelaku usaha sudah sepatutnya membuat sertifikasi hutan kayu yang diakui secara internasional. Sertifikat kelestarian hutan itu selanjutnya harus didukung pemerintah sehingga bisa diakui di dunia internasional.
"Brasil sudah berhasil karena mereka bisa membuat sertifikasi yang diakui internasional. Kita belum punya (sertifikasi) itu," tegas Wenas.

Preseden Buruk
Pada bagian lain, Wenas mengungkapkan, para pelaku industri kehutanan khawatir masalah perebutan lahan konsesi bakal menjadi preseden buruk bagi masuknya investasi dari luar negeri. Apalagi, jika sampai muncul bentrokan dengan masyarakat lokal.
Ia menjelaskan, masalah konflik lahan yang dialami perusahaan telah mempengaruhi kebijakan perusahaan. Beruntung, sisi operasinal perusahaan tak terpengaruh secara keseluruhan.
Padahal, kata Wenas, perusahaan telah membuka diri untuk berdialog dengan masa penentang pengembangan hutan tanaman industri (HTI).
Menurutnya, dalam sejumlah kejadian yang mencuat ke permukaan, pemerintah sebetulnya mengetahui seluruh kondisi dan masalah yang dihadapi perusahaan. Namun begitu sampai ke level bawah, informasi yang disampaikan senantiasa tak sesuai.
Munculnya berbagai preseden buruk tersebut, ujar Wenas, pada akhirnya menuntut pemerintah agar lebih tegas dalam menghadapi persoalan di lapangan. "Sekarang ini kebijakan pemerintah tak mau frontal dengan masyarakat," tegas dia. (asp)
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/334019-industri-kertas-ri-ditakuti-perusahaan-dunia

INDUSTRI KERTAS
Upaya Pengembangan
Banyak Temui Kendala

Rabu, 11 Januari 2012
JAKARTA (Suara Karya): Industri pulp (bubur kertas) dan kertas merupakan satu dari sedikit industri Indonesia yang mempunyai daya saing tinggi dan keunggulan (competitive advantage), sehingga bisa merajai pasar dunia. Namun sayangnya, menurut ekonom dari Sustainable Development Indonesia Dradjad H Wibowo, pemerintah belum menyadari bahwa punya kewajiban untuk mendukung perkembangannya.
"Banyaknya gangguan sosial, seperti klaim lahan yang tidak diselesaikan segera atau penyelesaian dengan kebijakan instan, selalu jadi hambatan. Artinya, industri kertas Indonesia selalu terkendala untuk menjadi pemain dunia," katanya di Jakarta, Selasa (10/1).
Menurut dia, industri pulp dan kertas memang terkait dengan hutan tanaman sebagai sumber bahan baku.
"Nah, kalau lahan menjadi masalah dengan banyaknya gangguan sosial, itu merusak salah satu sumber keunggulan komparatif industri ini. Akibatnya, daya saing bisa rusak, dan satu dari sedikit kisah sukses industri kita akan bubar," ujar dia.
Dradjad menambahkan, masih ada efek besar dari matinya industri pulp dan kertas, yakni berkurangnya penerimaan devisa ekspor, neraca pembayaran juga turun, serta penerimaan pajak dan penyediaan lapangan kerja yang akan jadi minim.
"Karena itulah negara punya kewajiban menjamin selesainya masalah lahan ini. Tentunya engan cara saling menguntungkan dengan rakyat sekitar. Jangan melakukan pembiaran atau kebijakan tidak produktif lainnya hanya karena popularitas," kata dia.
Dia lantas menyatakan kelemahan kebijakan agraria antar instansi harus dihentikan. "Saatnya dilakukan penguatan koordinasi. Bukan hanya BPN (Baan Pertanahan Negara), melainkan juga semua instansi pemerintah, mulai dari bupati hingga kementerian teknis. Ini supaya kerugian pelaku usaha dan rakyat tak lagi terjadi," ujar Dradjad.
Yang perlu dijadikan catatan, lanjut dia, industri pulp kertas memang berbeda dengan industri lain. Jangankan merajai atau bisa bersaing di pasar ekspor, untuk penjualan ke alam negeri saja kebanyakan mengalami proses yang sulit.
Keunggulan kompetitif industri pulp dan kertas berasal dari keunggulan komparatif Indonesia, yakni berupa lahan luas dan adanya spesies kayu yang cepat menghasilkan, seperti akasia. Kayunya bisa diambil setelah 5-6 tahun ditanam.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul Huda mengatakan, industri pulp dan kertas berkomitmen untuk berinvetasi di Indonesia.
"Pulp dan kertas merupakan industri padat modal. Jadi tidak mungkin pengusaha pulp akan bermain-main, karena merugikan sendiri," ucapnya.
Huda mengungkapkan, industri pulp dan kertas senantiasa mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu menjaga keberlangsungan industri kertas nasional agar bisa terus berkembang. Dalam hal ini, pemerintah perlu membantu penyelesaian permasalahan yang ada, terutama terkait pengadaan bahan baku dari hutan tanaman. Ini demi menjaga iklim investasi yang kondusif di Indonesia.
"Kami selalu mentaati semua ketentuan yang dipersyaratkan pemerintah. Terbitnya izin yang merupakan restu dari semua pemangku kepentingan itu harus dihormati dan dijunjung tinggi," tuturnya. (Andrian)
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=294910

LAMPIRAN A.V
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL 23 OKTOBER 1995

PARAMETER
PABRIK PULP
PABRIK KERTAS
PABRIK PULP DAN KERTAS
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(kg/ton)
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(kg/ton)
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(kg/ton)
BOD3
150
15
125
10
150
25,5
COD
350
35
250
20
350
59,5
TSS
200
20
125
10
150
25,5
pH
6,0 - 9,0
6,0 - 9,0
6,0 - 9,0
Debit Limbah Maksimum
100 m3 per ton pulp kering
80 m3 per ton produk
kertas kering
170 m3 per ton produk
kertas kering

Catatan :
a. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
b. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg atau gram parameter per ton produk soda kostik.



BOD (Biological Oxygen Demand)
Adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi ( readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.

COD (Chemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan or ganik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.

TSS (Total Suspended Solids)
            Adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. 

pH
            adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
  
LAMPIRAN B.V
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL 23 OKTOBER 1995

PROSES/
PRDOUK
PARAMETER
DEBIT
(m3/ton)
BOD5
COD
TSS
Kadar
Maksimum
(mg/ton)
Beban
Pencemaran
Maksimum
(kg/ton)
Kadar
Maksimum
(mg/ton)
Beban
Pencemaran
Maksimum
(kg/ton)
Kadar
Maksimum
(mg/ton)
Beban
Pencemaran
Maksimum
(kg/ton)
A. PULP

Kraft dikelantang
85
100
8,5
350
29,75
100
8,5
Pulp larut
95
100
9,5
300
28,5
100
8,5
Kraft yang tidak
dikelantang
50
75
3,75
200
10,0
60
3,0
Mekanik (CMP dan
Grounwood)
60
50
3,0
120
7,2
75
4,5
Semi kimia
70
100
7,0
200
14,0
100
7,0
Pulp soda
80
100
8,0
300
24,0
100
8,0
De-ink pulp (dari
kertas bekas)
60
100
6,0
300
18,0
100
6,0
B. KERTAS

Halus
50
100
5,0
200
10,0
100
5,0
Kasar
40
90
3,6
175
7,0
80
3,2
Sparet
175
60
10,5
100
17,5
45
7,8
Kertas yang
dikelantang
35
75
2,6
160
5,6
80
2,8
pH
6,0 - 9,0


Referensi