INDUSTRI KERTAS
A. Pulp
Pulp adalah
hasil pemisahan serat dari bahan baku bererat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses
pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
B. Kertas
|
Cara penangan yang sudah ada :
- Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang
baik (good house keeping) dengan
menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan pemeliharan alat
industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan
bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup
perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi
peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan
pabrik, pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi kertas yang
diinginkan dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut mengurangi
limbah dari sumbernya.
- Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai
untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya.
- Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk
mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dari pembuangan
produk tersebut.
Pengaruh limbah padat pabrik kertas terhadap hasil tanaman bawang merah
Peranan limbah Padat
pabrik kertas sebagai Sumber bahan Organik :
Limbah
padat pabrik kertas mengandung unsur kalium (K). peranan unsur ini untuk
memperlancar fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada titik awal,
memperkuat batang dan menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit serta kekeringan (Suriatna, 1994).
Limbah
padat pabrik kertas juga mengandung unsur-unsur antara lain : kalsium,
magnesium, besi, dan sulfida yang juga berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Limbah
padat pabrik kertas terdiri dari :
a.
Sludge
Sludge
adalah suatu bahan yang terdiri atas padatan 90% dan air 10%. Sludge didapat
dari proses pengendapan pada efflument treatment plant, mengandung bahan
organik yang berasal dari bahan baku pulb.
b.
Biosludge
Biosludge
adalah hasil samping dari efflument treatment yakni dari proses biological
aeration, tersusun dari bahan baku pulb, selain mengandung mikroorganisme
sebagai efek dari biological aeration.
c. Pith
Pith
adalah bahan dari proses depething plant yaitu proses pemisahan secara mekanik
bahan baku pulb yaitu antar bahan serat dan bahan bukan serat (Hammer, 1977).
Pelaksanaan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial
dengan 3 ulangan. Faktor-faktornya :
I. Macam limbah organik, terdiri 3 taraf, yaitu
:
L1 = limbah padat Sludge
L2 = limbah padat Biosludge
L3 = limbah padat Pith
II. Dosis Limbah organik, terdiri 4 taraf,
yaitu :
D0 = Kontrol
D1 = Dosis 10 ton per hektar
D2 = Dosis 20 ton per hektar
D3 = Dosis 30 ton per hektar
Keterangan :
NS = Tidak berbeda nyata
* = Berbeda nyata
** = Berbeda sangat nyata
L = Macam Limbah Organik
D = dosis Limbah Organik
L X D = Interaksi L dengan D
Tabel 2.
Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh Macam, Dosis Limbah Padat Pabrik Kertas dan
Interaksi Kedua Perlakuan Terhadap Komponen Hasil
Keterangan : Angka-angka dalam satu kotak pada kolom yang sama dan
diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf
5%.
Kesimpulan
1. Perlakuan
macam limbah padat pabrik kertas berpengaruh nyata terhadap semua komponen
hasil : jumlah umbi, berat segar umbi dan berat kering umbi.
2. Perlakuan
dosis limbah padat pabrik kertas berpengaruh nyata terhadap semua komponen
hasil tanaman bawang merah.
3. Ada
interaksi dari kedua perlakuan pada semua parameter hasil tanaman bawang merah.
4. Berat
umbi kering konsumsi tertinggi dicapai pada interaksi antara limbah sludge
dengan dosis 20 ton/ha sebesar 26,67 gram dan terendah limbah pith dengan dosis
10 ton/ha sebesar 6,67 gram.
Gambaran dasar yang dipikirkan :
Perbandingan laju
penanaman pohon dan konsumsinya yang tidak sebanding di Indonesia,
semakin memperkuat akan pentingnya daur ulang limbah kertas. Idealnya,
laju pertumbuhan hutan harus lebih besar dari laju konsumsinya. Berbeda
dengan di Indonesia, di Amerika Serikat
55% dari jumlah konsumsi kertas secara nasional dapat di daur ulang dan
digunakan kembali sebagai bahan baku kertas. Bahkan di sana, setiap 3 pohon
yang dikonsumsi, 5 pohon baru tumbuh sebagai penggantinya. Maka, tidaklah
mengherankan jika selama kurun waktu 50 tahun terakhir, populasi hutan di Amerika Serikat meningkat sampai 40%. (ref : paperrecycles.org)
Fakta - fakta jumlah konsumsi
kertas di Indonesia :
- Dengan
mengambil nilai minimal rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi
yakni 5% per tahun (sedangkan menurut World Resource Institute untuk
Negara berkembang rata-rata sekitar 7% per tahun), maka diperoleh jumlah
konsumsi kertas Indonesia di tahun 2006 adalah 5,96 juta ton.
- Dalam
sebuah program Cleaning Day yang diadakan oleh sebuah
perusahaan sumber energi di daerah bisnis Kuningan, Jakarta,
terkumpul sampah kertas tak terpakai sebanyak 2 ton kertas, selama kurun
waktu lima tahun menghuni gedung tersebut. Jumlah sampah yang dihasilkan
30-40% merupakan sampah kertas.
- Konsumsi
kertas di Indonesia terus meningkat satu kilogram (kg) per kapita tahun
atau sekitar 220 ribu ton (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI),
2003). Dengan itu, maka Indonesia membutuhkan pembangunan satu pabrik
kertas baru setiap tahunnya menyusul lahapnya konsumsi kertas dalam negeri
(Kapanlagi.com, 2008).
- Kapasitas
produksi kertas lainnya adalah kertas koran 750 ribu ton, kertas sackracft
0,4 juta ton, kertas bungkus 92 ribu ton, kertas sigaret 64 ribu ton,
kertas tisu 312 ribu ton, dan kertas berharga 13,5 ribu ton.
- Data Rainforest
Information Center menyebutkan sebanyak 10-17 pohon harus
ditebang untuk menghasilkan satu ton kertas ukuran koran (atau 8 lembar
ukuran kertas A4). Satu ton tersebut cukup untuk mencetak sekira 7.000
eksemplar koran.
- Masih
menurut Indonesian Pulp and Paper Association, 90%
konsumsi kertas (tulis dan cetak) di Indonesia disuplai secara domestik
dan dalam kurun waktu lima tahun (2000-2004).
- Laju
deforestasi hutan Indonesia pada periode tahun 1985-1998 tidak kurang dari
1,6 juta hektar per tahun (Dephutbun, 2000).
Salah satu cara atau penanganan
dalam mengurangi limbah produksi kertas maupun limbah-limbah kertas dari
lingkungan masyarakat yaitu dengan cara mendaur ulang kertas tersebut menjadi
bahan yang lebih bermanfat (kreatif dan inovatif) atau bisa juga dijadikan
sebagai penambah penghasilan ekonomi. Khususnya limbah dari lingkungan
masyarakat, bukan hal yang biasa jika melihat sampah-sampah kertas yang sudah
tak terpakai menumpuk didalam rumah maupun diluar lingkungan rumah. Yaitu
sebagai contoh pemanfaatan limbah kertas yang bertujuan untuk menambah nilai
ekonomi, kertas daur ulang (recycle) saat ini bukan menjadi produk yang
asing lagi. Beragam produk kerajinan dan souvenir yang menggunakan kertas daur
ulang sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di berbagai tempat. Selain
bertujuan sebagai penambah nilai ekonomi yaitu nilai positifnya adalah
terciptanya lapangan pekerjaan dengan produksi kelas kecil maupun kelas
menengah. Proses pembuatan kertas daur ulang tidaklah sulit, hanya
diperlukan alat seperti blender, screen berkasa dan tanpa kasa, ember,
alat penyaring, busa, dan kain bekas. Adapun bahan-bahan yang digunakan antara
lain kertas atau koran bekas, pewarna, serat alam (eceng gondok, pandan, pelepah pisang),
dan pengharum. Untuk proses pembuatannya sebagai berikut :
1. Kertas bekas disobek atau
dipotong-potong kecil
2. Kemudian direndam dalam air
beberapa saat lalu diremas-remas sampai setengah hancur
3. Kemudian kertas tersebut
dihancurkan kembali dengan penambahan air menggunakan blender . perbandingan
antara kertas dan air 1:1
4. Masukkan bubur kertas ke dalam
ember yang telah diisi air bersih (tiap 250 gr bubur kertas membutuhkan 5 liter
air bersih). Kebutuhan air bisa disesuaikan, tergantung dari ketebalan kertas
yang diinginkan.
5. Campuran bubur tersebut dicampur
menggunakan lem kanji untuk menghasilkan kertas yang tidak mudah sobek (setiap
250 gr bubur kertas dicampur 10-15 gr lem kanji).
6. Penambahan warna dapat dilakukan
untuk menghasilkan kertas berwarna. Untuk kertas daur ulang yang bermotif bisa
dilakukan dengan menambahkan serat alami. Untuk menambah keharuman kertas, maka
dapat ditambahkan pengharum.
7. Setelah adonan selesai disiapkan,
masukkan semua screen ke dalam adonan. Angkat screen dan biarkan air menetes.
Setelah air menetes beberapa waktu, lepaslah screen tanpa kasa dan letakkan
diatas papan/meja. Hilangkan air pada kasa dengan busa.
8. Setelah screen tidak lagi
mengandung air, screen kemudian diangkat. Sediakan alas kain untuk meletakkan
adonan kertas yang telah pipih.
9. Jemur kertas dibawah sinar
matahari kemudian segera disetrika hingga kering dan permukaannya halus.
Industri Kertas RI Ditakuti Perusahaan Dunia
Saat ini, pengusaha pasar kertas
dunia ditempati Kanada,
Brazil, dan AS.
VIVAnews - Sebagai produsen produk bubur kertas (pulp) dan kertas yang
makin diperhitungkan di dunia, kalangan pelaku usaha di tanah air mendesak
pemerintah untuk segera menerbitkan sertifikasi kayu hutan yang diakui secara
internasional.
Presiden Komisaris PT Riau Andalan
Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas dalam acara 'Workshop Social Media in Asia'
di Singapura mengungkapkan, kebutuhan sertifikasi itu dianggap mendesak
mengingat kampanye seputar produk hutan asal Indonesia di pasar internasional
semakin marak.
Wenas menjelaskan, produk pulp
dan kertas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi ancaman bagi negara
pesaingnya di Eropa dan Amerika Selatan. Hal itu tak terlepas dari keunggulan
produk hutan Indonesia yang dapat dipanen lebih cepat dibandingkan negara
pesaing.
Untuk diketahui, tanaman akasia yang
menjadi bahan baku pembuatan kertas bisa dipanen di Indonesia hanya dalam tujuh
tahun. Sedangkan di Eropa atau Amerika Selatan, dibutuhkan waktu lebih dari 20
tahun.
Keunggulan lain adalah jarak
Indonesia dan China sebagai pasar utama kertas dunia relatif lebih dekat
dibandingkan Brazil dan Eropa. "Industrialisasi di China dan dunia bakal
tumbuh pesat. Jadi, kebutuhan kertas akan naik signifikan," ungkapnya.
Untuk mengekspor produk pulp maupun
kertas ke China, produsen kertas Indonesia hanya butuh waktu tujuh hari,
sedangkan perusahaan dari Eropa dan Brazil membutuhkan waktu lebih dari 30
hari.
Dalam perhitungan RAPP, produksi
kertas Indonesia saat ini mencapai 12 juta ton per tahun atau 2,2 persen pangsa
pasar dunia yang mencapai 350 juta ton. Saat ini, produksi kertas Indonesia
merupakan yang terbesar ke-12 dunia.
Sementara itu, produk pulp
nasional saat ini ditaksir sebesar 7 juta ton per tahun dan mengisi 2,5 persen
pangsa pasar dunia sebanyak 200 juta ton. Produksi pulp Indonesia merupakan
terbesar ke-9 dunia.
Dengan tingkat daya saing yang
tinggi, Wenas menilai, para pelaku usaha sudah sepatutnya membuat sertifikasi
hutan kayu yang diakui secara internasional. Sertifikat kelestarian hutan itu
selanjutnya harus didukung pemerintah sehingga bisa diakui di dunia
internasional.
"Brasil sudah berhasil karena
mereka bisa membuat sertifikasi yang diakui internasional. Kita belum punya
(sertifikasi) itu," tegas Wenas.
Preseden Buruk
Pada bagian lain, Wenas mengungkapkan,
para pelaku industri kehutanan khawatir masalah perebutan lahan konsesi bakal
menjadi preseden buruk bagi masuknya investasi dari luar negeri. Apalagi, jika
sampai muncul bentrokan dengan masyarakat lokal.
Ia menjelaskan, masalah konflik lahan
yang dialami perusahaan telah mempengaruhi kebijakan perusahaan. Beruntung,
sisi operasinal perusahaan tak terpengaruh secara keseluruhan.
Padahal, kata Wenas, perusahaan telah
membuka diri untuk berdialog dengan masa penentang pengembangan hutan tanaman
industri (HTI).
Menurutnya, dalam sejumlah kejadian
yang mencuat ke permukaan, pemerintah sebetulnya mengetahui seluruh kondisi dan
masalah yang dihadapi perusahaan. Namun begitu sampai ke level bawah, informasi
yang disampaikan senantiasa tak sesuai.
Munculnya berbagai preseden buruk
tersebut, ujar Wenas, pada akhirnya menuntut pemerintah agar lebih tegas dalam
menghadapi persoalan di lapangan. "Sekarang ini kebijakan pemerintah tak
mau frontal dengan masyarakat," tegas dia. (asp)
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/334019-industri-kertas-ri-ditakuti-perusahaan-dunia
INDUSTRI KERTAS
Upaya Pengembangan Banyak Temui Kendala
Rabu, 11 Januari 2012
INDUSTRI KERTAS
Upaya Pengembangan Banyak Temui Kendala
Rabu, 11 Januari 2012
JAKARTA (Suara Karya): Industri pulp (bubur kertas) dan kertas merupakan
satu dari sedikit industri Indonesia yang mempunyai daya saing tinggi dan
keunggulan (competitive advantage), sehingga bisa merajai pasar dunia. Namun
sayangnya, menurut ekonom dari Sustainable Development Indonesia Dradjad H
Wibowo, pemerintah belum menyadari bahwa punya kewajiban untuk mendukung
perkembangannya.
"Banyaknya gangguan sosial, seperti klaim lahan yang tidak
diselesaikan segera atau penyelesaian dengan kebijakan instan, selalu jadi
hambatan. Artinya, industri kertas Indonesia selalu terkendala untuk menjadi
pemain dunia," katanya di Jakarta, Selasa (10/1).
Menurut dia, industri pulp dan kertas memang terkait dengan hutan tanaman
sebagai sumber bahan baku.
"Nah, kalau lahan menjadi masalah dengan banyaknya gangguan sosial,
itu merusak salah satu sumber keunggulan komparatif industri ini. Akibatnya,
daya saing bisa rusak, dan satu dari sedikit kisah sukses industri kita akan
bubar," ujar dia.
Dradjad menambahkan, masih ada efek besar dari matinya industri pulp dan
kertas, yakni berkurangnya penerimaan devisa ekspor, neraca pembayaran juga
turun, serta penerimaan pajak dan penyediaan lapangan kerja yang akan jadi
minim.
"Karena itulah negara punya kewajiban menjamin selesainya masalah
lahan ini. Tentunya engan cara saling menguntungkan dengan rakyat sekitar.
Jangan melakukan pembiaran atau kebijakan tidak produktif lainnya hanya karena
popularitas," kata dia.
Dia lantas menyatakan kelemahan kebijakan agraria antar instansi harus
dihentikan. "Saatnya dilakukan penguatan koordinasi. Bukan hanya BPN (Baan
Pertanahan Negara), melainkan juga semua instansi pemerintah, mulai dari bupati
hingga kementerian teknis. Ini supaya kerugian pelaku usaha dan rakyat tak lagi
terjadi," ujar Dradjad.
Yang perlu dijadikan catatan, lanjut dia, industri pulp kertas memang
berbeda dengan industri lain. Jangankan merajai atau bisa bersaing di pasar
ekspor, untuk penjualan ke alam negeri saja kebanyakan mengalami proses yang
sulit.
Keunggulan kompetitif industri pulp dan kertas berasal dari keunggulan
komparatif Indonesia, yakni berupa lahan luas dan adanya spesies kayu yang
cepat menghasilkan, seperti akasia. Kayunya bisa diambil setelah 5-6 tahun
ditanam.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbahul
Huda mengatakan, industri pulp dan kertas berkomitmen untuk berinvetasi di
Indonesia.
"Pulp dan kertas merupakan industri padat modal. Jadi tidak mungkin
pengusaha pulp akan bermain-main, karena merugikan sendiri," ucapnya.
Huda mengungkapkan, industri pulp dan kertas senantiasa mengikuti aturan
yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu menjaga keberlangsungan
industri kertas nasional agar bisa terus berkembang. Dalam hal ini, pemerintah
perlu membantu penyelesaian permasalahan yang ada, terutama terkait pengadaan
bahan baku dari hutan tanaman. Ini demi menjaga iklim investasi yang kondusif
di Indonesia.
"Kami selalu mentaati semua ketentuan yang dipersyaratkan pemerintah.
Terbitnya izin yang merupakan restu dari semua pemangku kepentingan itu harus
dihormati dan dijunjung tinggi," tuturnya. (Andrian)
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=294910
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=294910
LAMPIRAN A.V
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL 23 OKTOBER 1995
PARAMETER
|
PABRIK PULP
|
PABRIK KERTAS
|
PABRIK PULP DAN
KERTAS
|
|||
KADAR
MAKSIMUM (mg/L) |
BEBAN
PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton) |
KADAR
MAKSIMUM (mg/L) |
BEBAN
PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton) |
KADAR
MAKSIMUM (mg/L) |
BEBAN
PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton) |
|
BOD3
|
150
|
15
|
125
|
10
|
150
|
25,5
|
COD
|
350
|
35
|
250
|
20
|
350
|
59,5
|
TSS
|
200
|
20
|
125
|
10
|
150
|
25,5
|
pH
|
6,0 - 9,0
|
6,0 - 9,0
|
6,0 - 9,0
|
|||
Debit Limbah Maksimum
|
100 m3 per ton pulp kering
|
80 m3 per ton produk
kertas kering |
170 m3 per ton produk
kertas kering |
Catatan :
a. Kadar maksimum
untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter
per liter air limbah.
b. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter
pada tabel di atas dinyatakan dalam kg atau gram parameter per ton produk
soda kostik.
|
BOD (Biological Oxygen Demand)
Adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan
oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf &
Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang
terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (
readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai
suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang
terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik
yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa
walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat
juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan.
COD (Chemical
Oxygen Demand)
Adalah jumlah
oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan or ganik yang ada
sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium
bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat
(Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan
organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa
saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari
COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
TSS
(Total Suspended Solids)
Adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah
murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
pH
adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
LAMPIRAN B.V
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL 23 OKTOBER 1995
PROSES/
PRDOUK |
PARAMETER
|
||||||
DEBIT
(m3/ton)
|
BOD5
|
COD
|
TSS
|
||||
Kadar
Maksimum (mg/ton) |
Beban
Pencemaran Maksimum (kg/ton) |
Kadar
Maksimum (mg/ton) |
Beban
Pencemaran Maksimum (kg/ton) |
Kadar
Maksimum (mg/ton) |
Beban
Pencemaran Maksimum (kg/ton) |
||
A. PULP
|
|||||||
Kraft dikelantang
|
85
|
100
|
8,5
|
350
|
29,75
|
100
|
8,5
|
Pulp larut
|
95
|
100
|
9,5
|
300
|
28,5
|
100
|
8,5
|
Kraft yang tidak
dikelantang |
50
|
75
|
3,75
|
200
|
10,0
|
60
|
3,0
|
Mekanik (CMP dan
Grounwood) |
60
|
50
|
3,0
|
120
|
7,2
|
75
|
4,5
|
Semi kimia
|
70
|
100
|
7,0
|
200
|
14,0
|
100
|
7,0
|
Pulp soda
|
80
|
100
|
8,0
|
300
|
24,0
|
100
|
8,0
|
De-ink pulp (dari
kertas bekas) |
60
|
100
|
6,0
|
300
|
18,0
|
100
|
6,0
|
B. KERTAS
|
|||||||
Halus
|
50
|
100
|
5,0
|
200
|
10,0
|
100
|
5,0
|
Kasar
|
40
|
90
|
3,6
|
175
|
7,0
|
80
|
3,2
|
Sparet
|
175
|
60
|
10,5
|
100
|
17,5
|
45
|
7,8
|
Kertas yang
dikelantang |
35
|
75
|
2,6
|
160
|
5,6
|
80
|
2,8
|
pH
|
6,0 - 9,0
|
Referensi